Penulis: Syalwa Awanda, Amelinda Jingga, dan Putri Ayuning | Editor: Sesilia Adhi | Foto oleh Putri Ayuning

Berbicara mengenai perubahan iklim, saat ini dunia tengah dilanda perubahan iklim yang cukup ekstrem. Menurut National Aeronautics and Space Administration (NASA) atau Badan Penerbangan dan Antariksa, suhu permukaan bumi meningkat hingga 1,02 °C pada tahun 2016 dan 2020. Naiknya suhu bumi mengakibatkan adanya perubahan yang terjadi pada sistem iklim bumi. Meningkatnya kasus perubahan iklim di bumi, menjadi latar belakang organisasi internasional Sustainable Development Goals (SDGs) ikut turut tangan dalam mengatasi kasus tersebut. Oleh karenanya, Sustainable Development Goals (SDGs) mengadakan agenda pembangunan dunia yang bertujuan dalam kesejahteraan umat manusia secara global. Terdapat 17 tujuan dengan 169 target yang terukur dan telah disepakati oleh 193 negara. Salah satu tujuan dari SDGs adalah PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM yang tercantum dalam poin ke-13. Program tujuan dari poin ke-13 memiliki target mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim serta membantu mengurangi bencana akibat perubahan iklim.

Perubahan iklim berdampak buruk khususnya bagi Indonesia. Letak Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa, mengakibatkan dampak yang lebih serius dibandingkan dengan kawasan di daerah empat musim. Menindaklanjuti hal tersebut, Indonesia pun melakukan berbagai upaya untuk menangani perubahan iklim. Salah satunya dengan turut bergabungnya Indonesia dalam organisasi internasional Sustainable Development Goals (SDGs). Tergabungnya Indonesia, mendorong negeri untuk segera memerangi perubahan iklim yang tengah dialami saat ini.

Perubahan iklim yang marak terjadi kebanyakan diakibatkan oleh efek rumah kaca. Saat emisi gas rumah kaca menyelubungi bumi, panas dari matahari pun tertangkap dan mengakibatkan pemanasan global. Pemanasan global tersebut yang mengakibatkan adanya perubahan iklim. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa bukan hanya efek rumah kaca saja yang mengakibatkan perubahan iklim. Ada banyak faktor lain yang mengakibatkan perubahan iklim. Seperti, penciptaan energi, penebangan hutan secara liar, penggunaan transportasi pribadi yang berlebihan, produksi makanan, memasok listrik bangunan, pemakaian berlebihan pada energi, barang manufaktur dan industri penghasil emisi, serta penggunaan plastik yang berlebihan. Tanpa kita sadari hal – hal sederhana yang kita lakukan tersebut merupakan pemicu dari perubahan iklim. 

Selagi planet kita memanas, menggunakan dan memproduksi peralatan pendingin udara memperburuk perubahan iklim. Senyawa organik Hydrofluorocarbon (HFC) merupakan pendingin utama yang digunakan dalam unit pendingin udara. HFC adalah gas rumah kaca yang jauh lebih kuat daripada karbon dioksida. Selain itu, unit pendingin udara menggunakan listrik yang bergantung terutama pada bahan bakar fosil untuk menghasilkan tenaga. 

Perubahan tersebut berdampak buruk bagi bumi serta makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Perubahan iklim yang terjadi dapat mengakibatkan kerusakan pada bumi. Contohnya gelombang panas ekstrem yang mengakibatkan meningkatnya kebakaran hutan. Selain itu ada pula penebangan hutan secara liar yang mengakibatkan hutan menjadi gundul. Hal tersebut sangat berpengaruh bagi bumi. Hutan yang gundul dapat mengakibatkan pemanasan global berkelanjutan yang mengakibatkan bumi semakin panas. Adapun bencana alam yang semakin rawan sering terjadi sehingga berpengaruh pada iklim bumi, seperti badai yang hebat.

Disamping dampak perubahan iklim pada bumi, makhluk hidup didalamnya pun turut merasakan dampaknya. Penggundulan hutan berdampak langsung terhadap ketersediaan air di bumi sehingga mengakibatkan kekeringan. Di sisi lain, rusaknya hutan dapat mengancam punahnya spesies langka. Kerusakan hutan sangat beresiko bagi hewan serta tumbuhan yang kehilangan habitat mereka.

Selain berkurangnya paru-paru dunia, perubahan iklim juga dapat berpengaruh terhadap kondisi masyarakat yang tinggal di bumi. Cuaca yang ekstrem ditandai dengan perubahan atau pergeseran musim yang mempengaruhi ketersediaan bahan makanan menjadi salah satu alasan meningkatnya kelaparan serta gizi buruk secara global. Perubahan cuaca yang ekstrem juga ditandai dengan fenomena banjir, tanah longsor, naiknya permukaan air laut, sehingga menyebabkan kerugian material dan masyarakat harus berada dalam pengungsian  serta kemungkinan timbulnya dampak kemiskinan. 

Penanganan perubahan iklim adalah masalah yang penting dan mendesak sehingga memerlukan bantuan dari pemerintah dan setiap lapisan masyarakat. Pemerintah dapat membuat kebijakan atau peraturan untuk penanganan perubahan iklim agar dapat membangun sistem yang baik untuk merawat lingkungan hidup. Sebagai masyarakat, kita juga perlu memiliki kesadaran akan pentingnya penanganan perubahan iklim dengan membantu pemerintah dalam segala upaya yang dapat dilakukan.

Kebijakan pemerintah tentang penanganan perubahan iklim tertulis dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. 11 tahun 2021 tentang Baku Mutu Emisi Mesin dengan Pembakaran Dalam. Peraturan sebagai upaya untuk mencegah pencemaran udara karena emisi mesin. Pemerintah juga mengeluarkan Undang-Undang No. 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang didalamnya mengatur para pemilik usaha untuk membayarkan pajak karbon. Dalam pasal 13 ayat 1 dijelaskan bahwa pajak karbon adalah pajak yang dikenakan atas emisi karbon yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup. Menurut Sri Mulyani (dalam laman kemenkeu.go.id)  tujuan pajak karbon adalah untuk meningkatkan supaya kegiatan ekonomi dari masyarakat dan dunia tetap bisa berjalan, namun kemudian tetap juga memasukkan unsur sustainabilitas.

Dengan banyaknya aktivitas industri dan lalu lintas kota, pohon berperan untuk menyerap gas emisi karbondioksida menjadi oksigen. Maka diperlukan kebijakan pemerintah untuk menjaga dan memaksimalkan peran pohon bagi kelangsungan lingkungan hidup. Melalui penerapan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Program Pengembangan Kota Hijau, pemerintah berupaya menekan jumlah gas emisi karbondioksida dengan program penghijauan dan pembuatan hutan kota. Pemerintah menyadari bahwa tanaman atau pohon merupakan bagian penting dari siklus pertukaran atmosfer alami. Pohon menghasilkan oksigen dan menyerap karbondioksida yang disebabkan oleh lalu lintas mobil, manufaktur, dan aktivitas manusia lainnya. Selain mengganti karbondioksida menjadi oksigen pohon  juga berfungsi sebagai pencegah bencana seperti banjir dan tanah longsor. 

Penanganan perubahan iklim oleh pemerintah juga dilakukan dengan program-program pemeliharaan lingkungan hidup. Secara khusus, untuk mengurangi emisi, pemerintah di Kota Semarang memberikan fasilitas angkutan umum seperti feeder dan BRT.  Masyarakat dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sehingga menekan jumlah asap kendaraan dan bahan bakar. Pemerintah juga menerapkan program Adiwiyata dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dengan begitu, semakin banyak komunitas pecinta alam yang terbentuk dan membantu menangani perubahan iklim. 

Selain pemerintah, masyarakat sebagai komunitas dapat bergerak untuk mendukung penanggulangan perubahan iklim. Melalui komunitas itu, masyarakat melakukan gerakan-gerakan untuk mengajak lebih banyak orang untuk peduli lingkungan. Seperti gerakan #LettheEarthBreath yang diusulkan oleh para ilmuan di luar negeri dan diperkenalkan kembali di Indonesia oleh Komunitas Narasi. Melalui media sosial, gerakan ini dapat diketahui dengan cepat sehingga memunculkan harapan agar penanganan perubahan iklim semakin efektif dan efisien. Dalam dunia pendidikan, komunitas pecinta alam sudah ada di sebagian besar sekolah. SMA Negeri 16 Semarang sebagai sekolah yang meraih prestasi sebagai sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi pada tahun 2020 membentuk komunitas yang diberi nama Tim Inovasi Adiwiyata (TIA). Kegiatan yang dilaksanakan sebagai penanggulangan perubahan iklim seperti pembuatan ecobricks, pembuatan lilin aromaterapi dari limbah minyak, menanam mangrove, dan mengadakan berbagai lomba terkait kepedulian lingkungan. 

Melalui komunitas hijau yang melaksanakan berbagai kegiatan menarik seperti perlombaan atau sosialisasi terkait lingkungan hidup, maka akan semakin banyak komunitas yang terbentuk dan ikut dalam upaya penanganan perubahan iklim. Oleh karenanya, akan lebih banyak orang yang mengetahui pentingnya penanggulangan perubahan iklim, dampak yang ditimbulkan, serta hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki lingkungan hidup. Akan semakin banyak pula pribadi yang dapat menginspirasi dan memberikan pengaruh bagi orang di sekitarnya. 

Bila setiap orang mempengaruhi lingkungan tempat ia berada, di tempat bersekolah, bekerja, maupun dalam keluarganya, maka penanganan perubahan iklim bukanlah hal yang mustahil. Di tingkat rumah tangga, penanganan perubahan iklim dapat dilakukan dengan Reduce, Reuse, dan Recycle. Reduce adalah kegiatan menggunakan produk kemasan plastik seminimal mungkin. Reduce juga bisa dilakukan dengan membeli produk yang dapat digunakan kembali alih-alih yang sekali pakai. Bahan plastik bisa diganti kertas atau inovasi plastik ramah lingkungan, seperti TELOBAG. TELOBAG adalah kantong singkong ramah lingkungan yang terbuat dari paduan tepung singkong dan minyak nabati. Jika kantong plastik baru dapat terurai setelah 100-500 tahun, kantong singkong TELOBAG dapat terurai lebih cepat. Reuse adalah langkah menggunakan kembali benda-benda bekas seperti kantong plastik atau botol plastik. Sebagai contoh lain, di rumah dapat menggunakan kain lama sebagai serbet daripada tisu sekali pakai. Sementara, Recycle adalah kegiatan mendaur ulang barang yang sudah tidak terpakai menjadi berguna lagi. Recycle bertujuan untuk memberikan kesempatan kedua pada suatu produk sehingga bisa menjadi produk baru. Dengan demikian, produk baru hasil daur ulang tersebut dapat dimanfaatkan kembali sehingga tidak hanya menjadi tumpukan sampah yang mencemari lingkungan. Contoh lain, dalam rumah tangga bisa mendaur ulang kertas, plastik, koran, kaleng kaca dan limbah lainnya menjadi sesuatu yang bermanfaat. Seperti roncean jendela atau pintu dari sedotan plastik, manik-manik dan benang.

Selain itu, penanganan perubahan iklim yang dapat dilakukan oleh rumah tangga dapat dilakukan dengan memilih barang hemat energi. Peralatan rumah sekarang ini sudah banyak yang hadir dalam berbagai model hemat energi. Sebut saja lampu LED yang dirancang untuk memberikan cahaya yang tampak lebih alami dengan menggunakan energi yang jauh lebih sedikit daripada bola lampu standar. Beberapa produk elektronik seperti AC dan mesin cuci juga banyak tersedia dalam bentuk hemat energi. 

Penanganan perubahan iklim yang paling sederhana dapat dimulai dengan menghemat listrik. Tanpa disadari, penggunaan beberapa alat elektronik dapat menghasilkan emisi. Cara yang dapat dilakukan seperti mencabut charger HP saat sudah tidak digunakan, mengurangi penggunaan hairspray, mengurangi penggunaan listrik yang berlebihan, dan mematikan lampu jika sudah tidak digunakan. 

Yang terakhir, penanganan perubahan iklim di tingkat rumah tangga dapat dilakukan dengan menanam tanaman di rumah. Tidak perlu lahan yang luas, hanya perlu menanam tanaman di sebuah pot kecil atau botol kecil yang didaur ulang dan dikreasikan menjadi pot kecil yang bagus dan berguna. Tanaman itu dapat diletakkan diatas TV, di dekat jendela, di atas meja kamar, didapur bahkan di kamar mandi sehingga membuat rumah tampak asri dan membantu penyerapan karbon.

Dengan bantuan pemerintah, setiap lapisan masyarakat dapat berperan dalam upaya tersebut. Pemerintah dan masyarakat dapat berkolaborasi dalam penanggulangan perubahan iklim dengan mengurangi emisi yang secara sederhana dapat dilakukan dengan memanfaatkan energi yang disediakan alam. Daripada menggunakan listrik atau mesin yang dapat memperburuk kondisi iklim, kita dapat menggunakan energi lain, seperti tenaga matahari/surya, tenaga air, dan tenaga angin. 

Itulah mengapa upaya penanganan perubahan iklim yang terjadi saat ini harus dilakukan oleh seluruh lapisan baik pemerintah, masyarakat, hingga skala rumah tangga demi kelanjutan bumi dan generasi penerus bangsa di masa depan. Aktivitas manusia secara langsung dan tidak langsung merupakan faktor penting penyebab terjadinya perubahan iklim hingga pemanasan global. Bahaya mengancam generasi di masa mendatang karena kita yang ada di masa sekarang pura-pura tidak melihat dan tidak menyuarakan pentingnya penanganan perubahan iklim. Tanpa aksi memerangi perubahan iklim, dampak dari aktivitas tersebut akan menyebabkan banyak terjadinya kerugian yang lebih besar terutama bagi kelangsungan hidup manusia. Seluruh lapisan masyarakat dapat berupaya untuk mencegah dan menanganinya karena ini bukan tentang siapa saja yang salah dan benar. Tetapi tentang kelangsungan hidup kita sendiri, keluarga kita dan untuk diwariskan kepada keturunan kita kelak.  Jika bukan kita siapa lagi, jika bukan sekarang kapan lagi?

Daftar Pustaka

ActNow PBB. (2022). Penyebab Dan Dampak Perubahan Iklim | Perserikatan Bangsa – Bangsa di Indonesia. United Nations in Indonesia. https://indonesia.un.org/id/175273-penyebab-dan-dampak-perubahan-iklim#Tindakan_individu

Hari Bumi: Ketahui 10 Dampak Perubahan Iklim di Indonesia Halaman all. (2021). Kompas.com. https://www.kompas.com/sains/read/2021/04/22/183000123/hari-bumi–ketahui-10-dampak-perubahan-iklim-di-indonesia

Kantong Singkong Ramah Lingkungan. (n.d.). Telobag. http://telobag.com/kantong-singkong-ramah-lingkungan/

Mengenal Apa Itu 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan Contohnya. (2022). Sehat AQUA. https://www.sehataqua.co.id/reduce-reuse-recycle-adalah/

Penanganan Perubahan Iklim – SDGs | Aplikasi Dataku. (n.d.). BAPPEDA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/sdgs/detail/13-penanganan-perubahan-iklim

PPID | Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan | Perjalanan 5 Dekade Pengelolaan Lingkungan Hidup Indonesia. (2022). PPID. http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/6584/perjalanan-5-dekade-pengelolaan-lingkungan-hidup-indonesia