
Kebudayaan jawa dikalangan anak muda hampir terlupakan bahkan menuju kepunahan, jika tidak ada tindakan segera atau gerakan cepat untuk melestarikannya oleh kaum tua ketakutan saya akan terjadi yaitu budaya jawa akan lenyap dari peredaran di tanah jawa itu sendiri. Sementara bangsa lain berlomba-lomba mendapatkan atau mencari bahkan menggali kebudayaan jawa untuk dipelajari yang kemudian diusung ke negaranya dan bahkan ada yang dipatenkan menjadi milik kepunyaannya. Barulah pemiliknya marah merasa kebudayaannya dicuri. Padahal kenyataannya memang sipemiliknya yang tidak mau merawat dan memeliharanya karena pemiliknya sibuk menjiplak budaya bangsa lain dan bukan menciptakan.
Di tengah ketakutan akan kehilangannya budaya jawa ada seberkas harapan dari UKM SANGKATAMA UPGRIS yang menyelenggarakan lomba yang bersifat nguri-uri budaya salah satunya dengan tema “Macapat Sebagai Media Pelestarian dan Pengembangan Jati Diri Bangsa”. Bagaikan orang yang menemukan oase di padang gurun yang panas seperti itulah pecinta budaya jawa Ketika ada lomba yang diadakan UKM SANGKATAMA tingkat SMA/SMK/MA sederajat non seni. Terimakasih UPGRIS terus kembangkan dan lestarikan budaya Jawa melalui lomba-lomba . dan Ayo instansi yang lain khususnya yang ada di Jawa Tengah kobarkan semangatmu untuk daerahmu, jangan sampai generasi penerus kita kehilangan identitasnya adakan lomba-lomba atau sejenisnya yang dapat mengembalikan generasi penerus mencintai budaya jawa.
Di SMAN 16 Semarang sangat sulit menemukan siswa yang mewakili lomba macapat, tetapi syukur kepada Tuhan masih ada meski hanya satu, dengan semangat empat lima pecinta budaya jawa membimbing dan mendampingi betul satu anak ini untuk menemukan generasi muda yang masih mencintai budaya bangsanya, dan luar biasa ternyata masih banyak anak muda yang antusias mengikuti lomba ada 26 peserta putra dan 45 peserta putri dari sekolah-sekolah yang berada di Jawa Tengah. Ketika memperhatikan satu persatu mereka hebat-hebat hanya membutuhkan pengetahuan yang lebih dalam lagi tentang tehnik tembang macapat yang jauh berbeda dengan tembang-tembang yang modern. Dan Puji Tuhan SMAN 16 yang hanya menemukan satu peserta putra mendapatkan juara 1 putra
Penulis : Trini Sri Sugiyanti , S.Th
Waka Kesiswaan SMAN 16 Semarang