Air dan makhluk hidup tidak bisa di pisahkan, mulai dari kebutuhan bertahan hidup hingga kebutuhan sehari-hari. Menjaga kelestarian lingkungan beserta habitatnya adalah tanggung jawab seluruh makhluk hidup di dunia. Tanaman, binatang, dan makhluk hidup beserta air adalah sangat penting dalam kehidupan. Air merupakan sumber kehidupan seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi. Jika sumber air berkurang, maka dipastikan keberlangsungan makhluk hidup akan terganggu. Sumber air terjaga dan terpelihara, maka kebutuhan makhluk hidup tercukupi. Dimana ada sumber air, di situlah akan ada kehidupan.

Pada tanggal 22 Maret ditetapkan sebagai peringatan hari Air sedunia, yang bertepatan pada Sidang Umum PBB ke-47 pada tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Janeiro Brasil. Berdasarkan data World Population Review per pekan kedua Februari 2023, jumlah penduduk bumi tembus 8.005.176.000 jiwa. Bayangkan, berapa liter air yang di perlukan dalam memenuhi kebutuhan setiap individu? Melansir laman ciptakarya.pu.go.id dan kumparan.com, kebutuhan air bersih per orang per hari rata-rata adalah 144 liter. Angka di atas merupakan rata-rata penggunaan air untuk berbagai kebutuhan seperti minum, mandi, mencuci, dan membersihkan bahan makanan untuk memasak. Luar biasa, bumi semakin tua, tanaman dan pepohonan semakin berkurang. Bahkan hutan di Indonesia yang merupakan paru-paru dunia dan penghasil oksigen terbesar ke dua akankah mampu mempertahankan predikat tersebut? Jika tidak di imbangi dengan usaha-usaha konkrit dalam melestarikan sumber air, maka predikat mulia sebagai paru-paru dunia akan finish.  

Sesuai dengan tema peringatan hari air dunia 22 Maret 2023 adalah “mainkan peran mu, lakukan apa yang kamu bisa”. Seperti pada cerita kuno tentang aksi heroik burung Kolibri, yang tak kenal lelah berusaha memadamkan api yang membakar hutan. Dengan cara mengambil air melalui paruhnya yang kecil dan tubuhnya yang mungil. Suatu hal yang di nilai mustahil, sehingga banyak binatang lain yang mengejek, menganggap tindakan bodoh dan mencelakakan diri sendiri. Tetapi dengan penuh perjuangan, tanpa berpikir panjang karena akan banyak waktu yang terbuang. Maka Kolibri terus sekuat tenaga mengambil air melalui paruhnya, dengan tubuh mungilnya dan sayap yang kemilau bak mutiara menyilaukan mata di tengah terik matahari. Hingga api mulai bisa di padamkan, sungguh perjuangan yang tak sia-sia dan siapapun takan percaya.

Belajar dari burung Kolibri, maka upaya penghematan air oleh siapapun orangnya dan profesinya adalah wajib hukumnya. Demi menyelamatkan keberlangsungan makhluk hidup di dunia. Tidak perlu menunggu anda harus menjadi orang besar dan berpengaruh, tetapi aksi nyata dan peka terhadap lingkungan adalah lebih di utamakan. Mulai dari menghemat air, mandi dengan air secukupnya, ketika melihat kran yang masih menyala kita matikan, memanfaatkan air bekas cuci piring mobil dan motor, serta berusaha sehemat mungkin menggunakan air. Melakukan kegiatan konservasi alam, yang bertujuan memelihara lingkungan dan sumber air. Bergabung dalam kegiatan cinta alam, seperti menggalakkan Adiwiyata di sekolah.

Mengingat semakin marak penebangan hutan dan tanaman yang tidak terkontrol, menyebabkan sumber-sumber air menjadi kering. Sehingga sumur resapan, maupun sumber air lainnya tidak bisa di manfaatkan lagi untuk kehidupan manusia di muka bumi. Khususnya di daerah perkotaan yang lahan hutannya sudah mengalami penggundulan dan beralih fungsi menjadi perumahan elit, perkantoran, dan perindustrian. Jika hal ini tidak segera ditanggulangi, lambat laun sumber air akan mengering. Terutama pada saat musim kemarau tiba.

Maka dari itu, untuk mengkampanyekan pemeliharaan air dan menjaga kelestarian alam, SMA Negerei 16 Semarang mempunyai cara unik yaitu dengan mengadakan pertunjukan maha karya tari Tirta Kencana. Di sungai yang mengalir sepanjang samping gedung sekolah. Tari Tirta Kencana merupakan jenis tarian kreasi yang di bawakan secara kelompok. Di tampilkan oleh Wiwin Sri Winarni, Yunik Ekowati sekaligus sebagai koreografer, Lucia Sri Widi, Qosidah Suwartini, Rafida yanti, Eka kurnia fatmawati, Zahra Amelia.  Gerak tarinya, pengemangan dari gerak-gerak Bedhayan diiringi gamelan laras Slendro. Adapun iringannya dimainkan secara live atau gamelan langsung oleh guru dan karyawan yaitu: Achmad Tugiran, Tantya, Sri Sumiyati, Endang Martuti, Supeni, Pety Astorini, Suyoto, dan Ning Puji Lestari.

Kesan keakraban dan keharmonisan antar seluruh warga sekolah, jelas tergambar selama proses penggarapan karya dan latihan. Meskipun agak sulit dalam menentukan jadwal latihan secara bersamaan. Berhubung kesibukan dan tugas pokok masing-masing yang padat. Adapun isi cerita atau sinopsis tari Tirta Kencana adalah tentang harapan dari manusia penghuni bumi, supaya sadar akan pentingnya air dengan menjaga alam. Sehingga pemanfaatan dan penggunaan air disesuaikan dengan kebutuhan. Budaya hemat air dan memelihara tanaman, bersahabat dengan alam adalah langkah terbaik untuk menjaga keseimbangan serta pelestarian alam semesta. Cintai alam mu, maka alampun akan menyayangi mu. Mengingat dan menyesuaikan letak geografis dari sekolah SMA Negeri 16 Semarang yang berada di daerah pinggiran, mengalami pemekaran kota yang sedemikian hingga, dan berada di sepanjang aliran sungai kecil. Melalui karya tari garapan yang berjudul Tirta Kencana, diharapkan masyarakat khususnya warga sekolah SMA Negeri 16 Semarang dan sekitarnya, menjadi lebih sadar akan pentingnya air. Sehingga tanpa di sadari masyarakat sekitar ikut menjaga kebersihan sungai, tanaman dan lingkungan dengan cara ikut bergabung dan bergotong royong dalam mempersiapkan pementasan. Membersihkan sekitar sungai, memelihara tanaman, dan memasang properti jembatan untuk pementasan. Serta mengangkat kebudayaan, kearifan lokal atau local wisdom di lingkungan SMA Negeri 16 Semarang.

Oleh: Yunik Ekowati, M.Pd Guru Seni Budaya SMA Negeri 16 Semarang

https://www.instagram.com/tv/CMtHXeuAiqj/?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==