Pahlawan yang Terlupakan dari Tanah Pengasingan

Pahlawan yang Terlupakan dari Tanah Pengasingan

Sekolah ✍️ Team Publikasi 🗓 12 Aug 2025
Pahlawan yang Terlupakan dari Tanah Pengasingan

“Kalau saya mencari-cari rezeki kala itu, barangkali saya akan menjadi orang kaya pertama di Indonesia merdeka—kaya tanpa korupsi.” —Mohammad Bondan

Nama Mohammad Bondan mungkin tidak sering terdengar di buku pelajaran sejarah. Bahkan saya mengenal Mohammad Bondan dari novel cantik itu luka. Di novel ini diceritakan bahwa ayahnya (Kliwon tokoh dalam cantik itu luka) merupakan seorang komunis , jago berpidato, dan sering membuat artikel yang menyinggung soal Jepang dan akhirnya diketahui oleh kenpetai (Polisi Militer Jepang) yang menyebabkan ia diasingkan di Boven Digoel. Dari kalimat itulah saya penasaran siapa ia. Mohammad Bondan menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan tidak hanya lahir dari mimbar politik atau medan perang, tetapi juga dari integritas dan kerja keras di balik layar.

Masa Muda dan Awal Perjuangan

Mohammad Bondan lahir di Bojong, Cirebon, sekitar tahun 1910. Ia berasal dari keluarga bangsawan kecil. Setelah menempuh pendidikan di HIS Kuningan, Bondan bekerja sebagai pembantu juru tulis di pemerintahan kota. Minatnya pada pergerakan nasional membawanya bergabung dengan gerakan politik anti-kolonial. Aktivitas ini membuatnya diawasi ketat oleh pemerintah Hindia Belanda. Hingga pada akhirnya, ia ditangkap dan dijadikan tahanan politik.

Pengasingan ke Boven Digoel

foto satelit Kabupaten Boven Digoel

Bondan dikirim ke kamp pengasingan Boven Digoel di Papua, sebuah tempat yang dikenal terpencil, beriklim ekstrem, dan penuh penyakit. Di sana ia hidup bersama ratusan tahanan politik lain, termasuk tokoh-tokoh besar seperti Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Meski berada di tengah keterbatasan, Bondan tetap aktif. Ia mengajar anak-anak para tahanan, berdiskusi tentang masa depan Indonesia, dan menulis. Boven Digoel mengasah keteguhan dan kecintaannya pada bangsa.

Evakuasi ke Australia

Pada 1943, situasi perang di Pasifik memanas. Belanda khawatir Jepang akan membebaskan para tahanan politik untuk kepentingan propaganda. Sebagian kecil tahanan, termasuk Bondan, dievakuasi ke Australia. Di negeri kanguru inilah jalan hidupnya berubah. Ia terbebas dari kurungan fisik, namun tetap terikat pada cita-cita kemerdekaan.

Perjuangan di Tanah Asing

Bondan menjadi Sekretaris Jenderal Central Komite Indonesia Merdeka (CENKIM), sebuah organisasi yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia di luar negeri. Bersama rekan-rekannya, ia melakukan siaran radio berbahasa Inggris, menyebarkan selebaran, dan melakukan diplomasi informal dengan pemerintah Australia. Di Australia pula ia bertemu Molly Warner, seorang aktivis sosial yang kemudian menjadi pendamping hidup sekaligus rekan seperjuangannya.

Kembali ke Indonesia

Bondan dan Molly kembali ke tanah air pada 1947, ketika Indonesia masih berjuang mempertahankan kemerdekaan. Ia bekerja di Departemen Tenaga Kerja, mengembangkan pelatihan dan pengelolaan sumber daya manusia. Kesempatan menjadi pengusaha besar terbuka lebar baginya melalui koneksi internasional. Namun, Bondan memilih menyerahkan peluang itu kepada pemerintah, menolak keuntungan pribadi demi kepentingan bangsa.

Integritas dan Warisan

Hidupnya mencerminkan kesederhanaan dan integritas yang jarang ditemukan. Bondan tidak hanya berjuang untuk memerdekakan Indonesia, tetapi juga menjaga dirinya dari godaan kekuasaan dan materi. Kisahnya menjadi pengingat bahwa pahlawan tidak selalu mereka yang berdiri di podium atau memimpin pasukan. Ada pula pahlawan yang bekerja diam-diam, mengorbankan kesempatan pribadi, dan memilih jalan lurus demi negeri.

Hari ini, ketika kita berbicara tentang kemerdekaan, nama Mohammad Bondan seharusnya ikut disebut. Ia adalah contoh nyata bahwa perjuangan adalah soal kesetiaan pada nilai—bahkan ketika tidak ada sorotan kamera.

 

Referensi Bacaan :

Spanning a Revolution: The Story of Mohammad Bondan and the Indonesian Nationalist Movement karya Molly Bondan

Memoar Seorang Digulis Karya Molly Bondan

dapatkan juga  Buku-Cantik-Itu-Luka Karya Eka Kurniawan 

Bagikan: Facebook Twitter