
Pahlawan yang Terlupakan dari Tanah Pengasingan
“Kalau saya mencari-cari rezeki kala itu, barangkali saya akan menjadi orang kaya pertama di Indonesia merdeka—kaya tanpa korupsi.” —Mohammad Bondan
Nama Mohammad Bondan mungkin tidak sering terdengar di buku pelajaran sejarah. Bahkan saya mengenal Mohammad Bondan dari novel cantik itu luka. Di novel ini diceritakan bahwa ayahnya (Kliwon tokoh dalam cantik itu luka) merupakan seorang komunis , jago berpidato, dan sering membuat artikel yang menyinggung soal Jepang dan akhirnya diketahui oleh kenpetai (Polisi Militer Jepang) yang menyebabkan ia diasingkan di Boven Digoel. Dari kalimat itulah saya penasaran siapa ia. Mohammad Bondan menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan tidak hanya lahir dari mimbar politik atau medan perang, tetapi juga dari integritas dan kerja keras di balik layar.
Masa Muda dan Awal Perjuangan
Mohammad Bondan lahir di Bojong, Cirebon, sekitar tahun 1910. Ia berasal dari keluarga bangsawan kecil. Setelah menempuh pendidikan di HIS Kuningan, Bondan bekerja sebagai pembantu juru tulis di pemerintahan kota. Minatnya pada pergerakan nasional membawanya bergabung dengan gerakan politik anti-kolonial. Aktivitas ini membuatnya diawasi ketat oleh pemerintah Hindia Belanda. Hingga pada akhirnya, ia ditangkap dan dijadikan tahanan politik.
Pengasingan ke Boven Digoel
Bondan dikirim ke kamp pengasingan Boven Digoel di Papua, sebuah tempat yang dikenal terpencil, beriklim ekstrem, dan penuh penyakit. Di sana ia hidup bersama ratusan tahanan politik lain, termasuk tokoh-tokoh besar seperti Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Meski berada di tengah keterbatasan, Bondan tetap aktif. Ia mengajar anak-anak para tahanan, berdiskusi tentang masa depan Indonesia, dan menulis. Boven Digoel mengasah keteguhan dan kecintaannya pada bangsa.
Evakuasi ke Australia
Pada 1943, situasi perang di Pasifik memanas. Belanda khawatir Jepang akan membebaskan para tahanan politik untuk kepentingan propaganda. Sebagian kecil tahanan, termasuk Bondan, dievakuasi ke Australia. Di negeri kanguru inilah jalan hidupnya berubah. Ia terbebas dari kurungan fisik, namun tetap terikat pada cita-cita kemerdekaan.
Perjuangan di Tanah Asing
Bondan menjadi Sekretaris Jenderal Central Komite Indonesia Merdeka (CENKIM), sebuah organisasi yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia di luar negeri. Bersama rekan-rekannya, ia melakukan siaran radio berbahasa Inggris, menyebarkan selebaran, dan melakukan diplomasi informal dengan pemerintah Australia. Di Australia pula ia bertemu Molly Warner, seorang aktivis sosial yang kemudian menjadi pendamping hidup sekaligus rekan seperjuangannya.
Kembali ke Indonesia
Bondan dan Molly kembali ke tanah air pada 1947, ketika Indonesia masih berjuang mempertahankan kemerdekaan. Ia bekerja di Departemen Tenaga Kerja, mengembangkan pelatihan dan pengelolaan sumber daya manusia. Kesempatan menjadi pengusaha besar terbuka lebar baginya melalui koneksi internasional. Namun, Bondan memilih menyerahkan peluang itu kepada pemerintah, menolak keuntungan pribadi demi kepentingan bangsa.
Integritas dan Warisan
Hidupnya mencerminkan kesederhanaan dan integritas yang jarang ditemukan. Bondan tidak hanya berjuang untuk memerdekakan Indonesia, tetapi juga menjaga dirinya dari godaan kekuasaan dan materi. Kisahnya menjadi pengingat bahwa pahlawan tidak selalu mereka yang berdiri di podium atau memimpin pasukan. Ada pula pahlawan yang bekerja diam-diam, mengorbankan kesempatan pribadi, dan memilih jalan lurus demi negeri.
Hari ini, ketika kita berbicara tentang kemerdekaan, nama Mohammad Bondan seharusnya ikut disebut. Ia adalah contoh nyata bahwa perjuangan adalah soal kesetiaan pada nilai—bahkan ketika tidak ada sorotan kamera.
Referensi Bacaan :
Spanning a Revolution: The Story of Mohammad Bondan and the Indonesian Nationalist Movement karya Molly Bondan
Memoar Seorang Digulis Karya Molly Bondan
dapatkan juga Buku-Cantik-Itu-Luka Karya Eka Kurniawan
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Sering Baca, Tapi Nggak Paham Paham?
Pernah nggak kamu mengalami sering baca tapi lupa lagi dengan apa yang dibaca? Atau bolak-balik baca tapi nggak paham dengan apa yang dibaca? Atau bahkan sudah belajar mati-matian tapi
Berani Kuliah, Berani Bertumbuh
Saya lahir dari keluarga sederhana: ayah seorang guru, ibu seorang ibu rumah tangga. Sejak kecil, saya tumbuh dalam lingkungan yang memandang pendidikan sebagai sesuatu yang sangat berh
SMAN 16 Semarang Gelar Sosialisasi Program Kerja Sekolah Tahun Ajaran 2025/2026
SEMARANG, 30 Juli 2025 – SMA Negeri 16 Semarang akan menyelenggarakan kegiatan sosialisasi program kerja kepada seluruh wali murid siswa kelas X, XI, dan XII. Acara ini akan berte
SMA Negeri 16 Semarang peringati Hari Anak Nasional Dengan Tema Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045
Semarang, 23 Juli 2025 – Seluruh warga SMA Negeri 16 Semarang pagi ini diselimuti semangat kebersamaan dan keceriaan dalam kegiatan Hari Anak Nasional dengan tema "Anak Hebat, Ind
MUSRENBANG SMA NEGERI 16 SEMARANG
Pendidikan merupakan suatu sistem dimana terdapat beberapa unsur pendukung dari keberhasilan proses pendidikan. Pemerintah telah menetapkan 8 standar pendidikan sebagai fondasi dalam me